Jumat, 03 Mei 2013

Nisa, My First and Endless Love

Anisa Nur Avifah, atau biasa kupanggil Nisa, seorang gadis manis yang telah membuat aku mengerti akan arti dari cinta sejati. Pertama kali aku kenal dia sekitar 7 tahun yang lalu, saat itu aku tergabung dalam sebuah organisasi kemasyarakatan. Organisasi yang bergerak dibidang pendidikan. Di situ aku menjadi guru, dan dia menjadi muridku. Ya, dia adalah muridku. Usia kami terpaut 6 tahun. Gilaaaaa!!!!!!!!!! Tapi itulah cinta, bisa menembus batas-batas pikiran rasional kita. Memang waktu itu dia masih sangat muda dan belum tahu apa-apa tentang cinta. Tapi, entah kenapa setiap kali aku memandangi wajahnya, dalam hati ini ada getaran-getaran perasaan yang sangat kuat. Perasaan sayang yang sangat mendalam.
            Waktu terus berjalan dan berlalu tanpa pernah akan kembali. Dan seiring berjalannya waktu itu, semakin dalam pula perasaan sayangku kepadanya.Tiap tahun kami selalu bertemu dalam situasi dan kondisi yang sama. Memang, aku dan dia tidak pernah bisa dekat. Mungkin karena status dan usia kami yang terpaut cukup jauh. Tapi itu semua tak menghalangiku untuk terus menyayanginya, walaupun harus kupendam dalam-dalam perasaan ini di dalam lubuk hati yang paling dalam.

            Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dan bulan berganti tahun. Waktu berlalu begitu cepat, sampai akhirnya Nisa beranjak dewasa, walaupun belum bisa dibilang dewasa seutuhnya, tapi paling tidak dia sudah mengerti tentang cinta. Ada pepatah mengatakan, “Pada akhirnya waktu pula yang akan mempertemukan cinta”. Dan ternyata pepatah itu benar, walaupun tak seutuhnya benar. Akhirnya, Nisa masuk ke dalam keanggotaan organisasi. Dan dari situlah lika-liku cintaku dimulai, karena dari situlah kedekatanku dengannya bermula. Setelah bertahun-tahun memendam hasrat untuk bisa bersama, akhirnya keinginan itu terwujud juga. Namun sayang, kebersamaan kami tidak berlangsung lama karena memang waktu pula yang harus memisahkan aku dan dia. Dan diakhir-akhir kebersamaan kami, ingin rasanya mengungkapkan perasaan yang telah lama tersimpan di hati ini. Tapi entah kenapa, aku mengurungkan niatku tersebut. Ada perasaan yang mengganjal pada saat itu. Aku tak tau perasaan apakah itu, tapi yang jelas perasaan itu sangat kuat. Dan pada akhirnya aku hanya bisa memendam kembali perasaan ini. Tapi hubungan kami tetap berjalan baik. Kami tetap menjalin komunikasi, meskipun hanya sebagai teman, tidak lebih.
            Hari-hari kulalui dengan masih tetap memendam perasaan sayang ini. Perasaan sayang yang luar biasa mendalam, walaupun kutahu dia tidak sendiri lagi. Aku tahu dia sudah punya tambatan hati. Tapi tidak ada sedikitpun rasa sakit, sedih, kecewa, atau apapun itu. Yang ada hanyalah perasaan sayang yang semakin lama semakin bertambah tanpa bisa aku bendung. Aneh memang melihat cewek yang kita sayangi jalan atau dekat dengan cowok lain, mungkin normalnya kita akan langsung cemburu, marah, dan lain sebagainya. Tapi aku tidak. Apa gunanya aku cemburu, emosi, toh aku hanya temannya saja. Aku hanya mencoba untuk berpikir positif, dia masih sangat muda dan belum mengerti tentang apa itu cinta sejati. Meski begitu, aku tetap menjalin komunikasi dengan dia. Yang pada akhirnya komunikasi kami terputus, aku kehilangan kontaknya, dan hubungan kami merenggang. Aku tidak tahu apa penyebabnya, sampai sekarang pun aku tetap tidak tahu. Dan kami pun sibuk dengan urusan kami sendiri, dia sibuk berpetualang cinta dengan cowok lain dan aku sibuk menjaga perasaan sayangku kepadanya agar tidak pudar.

            “Kalau jodoh nggak akan kemana”, kata-kata yang sudah sangat populer diantara kita. Kurang lebih seperti itulah gambaran perjalanan cintaku. Walaupun sempat hilang kontak dan tidak ada komunikasi, pada akhirnya waktu juga yang menyatukan kami lagi. Dan meski sempat ada sedikit masalah, tapi aku merasa semua baik-baik saja seperti masalah tersebut tidak pernah terjadi. Bahkan bisa dibilang hubungan kami menjadi semakin lebih dekat, walaupun masih sebatas teman biasa. Waktu terus berlalu, komunikasi terus berlanjut. Dan pada akhirnya aku memberanikan diri untuk mengutarakan perasaan yang telah lama kupendam, walaupun aku tahu kalau dia sudah mengetahui tentang perasaanku padanya. Tapi apa salahnya mencoba? Dan hasilnya sudah seperti yang aku duga, dia menolaknya. Aku mencoba untuk ikhlas, meski sakit di awal tapi pada akhirnya aku bisa menerima semuanya. Aku tetap menjalin hubungan baik dengannya, tetap menjaga komunikasi dengan dia, tapi akhirnya semua kembali terputus dan hilang.

            Kembali, hari-hari kulalui dengan kesendirian, kegalauan, dan kerinduan yang amat mendalam kepada Nisa. Hanya bayangnya yang selalu hadir menemaniku. Cukup lama kurasakan semuanya, sampai pada akhirnya aku mencoba untuk mencari sosok yang bisa untuk menggantikannya. Dan akhirnya aku coba untuk mendekati Rini, sahabatku dan juga sahabat Nisa. Meski akhirnya aku mulai dekat dan mulai sayang kepada Rini, tetapi rasa sayang itu tidak lebih besar jika dibandingkan dengan rasa sayangku kepada Nisa yang telah terpatri di dalam hatiku selama bertahun-tahun. Di dalam lubuk hati yang paling dalam ini hanya ada nama Nisa, Nisa, dan Nisa. Namanya seperti terpenjara di dalam hatiku, yang ingin menyeruak keluar untuk kembali bebas mengisi hatiku seutuhnya lagi. Aku tidak bisa untuk menahan itu semua. Dan pada akhirnya hubunganku dengan Rini tidak berlangsung lama, walaupun kami tidak sempat menjalin hubungan yang serius, itu semua dikarenakan oleh perbuatannya sendiri. Dengan semua yang kualami akupun tersadar, kalau pun kulanjutkan hubunganku dengan Rini, sama saja aku telah mengkhianati cintaku pada Nisa yang telah kubangun sejak pertama aku mengenal dia. Aku merasa sangat bodoh pada saat itu.
            Entah apakah kami memang berjodoh atau hanya kebetulan, tapi selalu saja ada jalan untuk kami bisa berhubungan lagi. Ini semua juga berkat Rini. Karena kedekatanku dengannya, aku jadi bisa dekat lagi dengan Nisa. Makasih Rini, hahahaha. Tapi sayang, seperti sebelumnya kali ini pun aku kembali disaat yang tidak tepat. Dia telah memiliki kekasih lagi. Biarpun begitu aku tetap tidak peduli. Aku akan tetap sabar menantinya sampai dia sadar bahwa aku benar-benar mencintainya lahir dan batin, tulus dari hati yang terdalam. Memang pada awalnya semua berjalan baik, tapi sepertinya semua akan berakhir seperti yang sudah-sudah. Semakin hari dia semakin menjauh, entah karena sebab apa? Aku juga tak mengerti. Yang jelas semua seperti sudah digariskan. Hubunganku dengannya memang tidak akan bisa berjalan mulus. Atau memang belum waktunya Nisa untuk menjadi milikku. Enahlah? Hanya Tuhan yang tahu.

            Aku mohon maafkan aku, yang tak pernah bisa berhenti mencintaimu. Karena kaulah cinta sejati untukku. Aku akan tetap mencintaimu. Kemanapun kau pergi, apapun yang kau lakukan, aku akan tetap di sini menantimu, menanti dirimu membuka hati untuk menerima cintaku. Selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar